My Album


Sabtu, 22 November 2014

Tugas softskill 4_Menulis Laporan Ilmiah



Menulis Laporan ilmiah
Laporan Ilmiah adalah laporan yang disusun melalui tahapan berdasarkan teori tertentu dan menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati oleh para ilmuwan (E.Zaenal Arifin,1993).
Dan menurut Nafron Hasjim & Amran Tasai (1992) Karangan ilmiah adalah tulisan yang mengandung kebenaran secara obyektif karena didukung oleh data yang benar dan disajikan
dengan penalaran serta analisis yang berdasarkan metode ilmiah.
Laporan ilmiah adalah bentuk tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan data setelah penulis melakukan percobaan, peninjauan, pengamatan, atau membaca artikel ilmiah.
Defini laporan menurut F X Soedjadi :
Suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) yang ada antara mereka.
Salah satu cara pelaksanaan komunnikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.

Macam-macam Laporan Ilmiah
Ada 3 macam laporan ilmiah, yakni :
1. Laporan Lengkap (Monograf).
• Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh.
• Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
• Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis.
• Menjelaskan (juga) kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai
• Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).

2. Artikel Ilmiah
• Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap.
• Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif
• Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.

3. Laporan Ringkas
• Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).

Fungsi Laporan Ilmiah
Laporan ilmiah memiliki fungsi sebagai berikut:
Laporan penelitian mengkomunikasikan kepada pembaca seperangkat data dan ide spesifik. Ide Spesifik tersebut disampaikan secara jelas dan cukup rinci agar dapat dievaluasi.
Laporan Ilmiah harus dilihat sebagai sumbangan dalam khasanah ilmu pengetahuan.
Laporan Ilmiah harus berfungsi sebagai stimulator dan mengarahkan pada penelitian selanjutnya.
Secara ringkas, laporan memiliki fungsi informasi, pengawasan, pengambilan keputusan, dan pertanggung jawaban.

Sistematika Laporan
Beberapa hal yang harus diperhatikan tentang laporan ilmiah :
Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan ilmiah.
Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci, dan ringkas.
Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta implikasinya.
Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.
Laporan ilmiah, umumnya, mempunyai garis besar isi (outline) yang berbeda-beda, bergantung dari bidang yang dikaji dan pembaca laporan tersebut.
Namun, umumnya, isi laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.

1. Bagian Pembuka
Bagian pembuka umumnya digunakan apabila laporan merupakan tulisan yang berdiri sendiri secara utuh. Untuk laporan penelitian dalam jurnal atau bagian dari sebuah buku, tidak seluruh unsur dalam bagian pembuka tersebut digunakan. Bagian pembuka ini terdiri atas :
a. Halaman judul: judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penulis, instansi asal, kota penyusunan, dan tahun
b. Halaman pengesahan (jika perlu)
c. Halaman motto/semboyan (jika perlu)
d. Halaman persembahan (jika perlu)
e. Prakata;
f. Daftar isi;
g. Daftar tabel (jika ada)
h. Daftar grafik (jika ada)
i. Daftar gambar (jika ada)
j. Abstak : uraian singkat tentang isi laporan
2. Bagian Isi
Bagian isi merupakan menyajikan atau mengomunikasikan informasi ilmiah yang ingin disampaikan. Pada bagian isi inilah seluruh komponen pendahuluan, kajian pustaka dan kerangka teori, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran disajikan secara lengkap. Bagian isi terdiri dari :
- Bab I Pendahuluan
Pendahuluan merupakan tulisan yang disusun untuk memberikan orientasi kepada pembaca mengenai isi laporan penelitian yang akan dipaparkan, sekaligus perspektif yang diperlukan oleh pembaca untuk dapat memahami informasi yang akan disampaikan Pendahuluan terdiri atas :
(1) Latar belakang
(2) Identitas masalah
(3) Pembatasan masalah
(4) Rumusan masalah
(5) Tujuan dan manfaat

- Bab II Kajian Pustaka
Kajian pustaka mengungkapkan teori-teori serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pada topik yang sama atau serupa. Berdasarkan analisis terhadap pustaka tersebut, peneliti dapat membatasi masalah dan ruang lingkup penelitian, serta menemukan variabel penelitian yang penting dan hubungan antarvariabel tersebut.

- Bab III Metode
Pada bagian ini biasanya dijelaskan secara rinci mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan dan analisis data, serta kelemahan penelitian.

- Bab IV Pembahasan
Pembahasan pada dasarnya merupakan inti dari sebuah tulisan ilmiah. Pada bagian ini penulis menyajikan secara cermat hasil analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

- Bab V Penutup
Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran dari laporan ilmiah tersebut. Kesimpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan diperoleh dari uraian analisis, interpretasi dan deskripsi yang telah dituliskan pada bagian analisis dan pembahasan. Untuk menulis simpulan, penulis perlu mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hasil apa yang paling penting dari penelitian yang dilakukan. Jawaban dari pertanyaan tersebutlah yang dituliskan pada bagian simpulan. Pada bagian akhir, biasanya simpulan disertai dengan saran mengenai penelitian lanjut yang dapat dilakukan

- Bagian Penutup
- Daftar Pustaka
- Daftar Lampiran
- Indeks daftar istilah

Reference
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Harrison, Lisa.2007.Metodologi Penelitian Politik.Jakarta:Kencana
Kuning, Retno.2008.Sosiologi.Solo:Fokus
Nasution, S.2008.Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta:Bumi Aksara
[2] Retno Kuning D.P, Sosiologi (Solo:Fokus, 2008),hlm.3.
[4] Jenis-jenis-Penelitian-Ilmiah.html atau lihat juga Retno Kuning D.P, Sosiologi (Solo:Fokus, 2008),hlm.5-7.

http://id.shvoong.com/how-to/writing/2222452-pengertian-ciri-dan-syarat-karya/
http://skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/2010/03/hakikat-karya-ilmiah-ciri-ciri-karya.html
http://jogjesro.wordpress.com/2013/05/16/tugas-softskill-iv/

Tugas softskill 3_ Karangan ilmiah dan non ilmiah



Karangan ilmiah dan karangan non ilmiah
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam artikel ini akan dibahas tentang 3 jenis karangan, yaitu: karangan ilmiah, karangan non ilmiah, dan karangan semi ilmiah. Berikut ini penjelasannya.

I. Karangan ilmiah
Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Tujuan karya ilmiah: agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.

Fungsi karya ilmiah: sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

1. Penjelasan (explanation)
2. Ramalan (prediction)
3. Kontrol (control)

Hakikat karya ilmiah: mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.

Syarat menulis karya ilmiah :

1. motivasi dan displin yang tinggi
2. kemampuan mengolah data
3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa

Sifat karya ilmiah formal harus memenuhi syarat:

1. Lugas dan tidak emosional
Mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).

2. Logis
Disusun berdasarkan urutan yang konsisten

3. Efektif
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.

4. Efisien
Hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami

5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.




Jenis-jenis karya ilmiah
karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:

1. Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.

2. Kertas kerja, seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada analisis dalam makalah.

3. Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.

4. Tesis, adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.

5. Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).


Manfaat Penyusunan karya ilmiah

Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut :

1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.

2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.

3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.

4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.

5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.

6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.




II. Karangan Semi Ilmiah

Adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun dengan bahasa konkret, gaya bahasa formal, dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam suatu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.

Karakteristiknya berada diantara ilmiah. Ciri-ciri karangan Semi Ilmiah antara lain
1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi
2. Fakta yang disimpulkan subyektif
3. Gaya bahasa formal dan popular
4. Mementingkan diri penulis
5. Melebihkan-lebihkan sesuatu
6. Usulan-usulan bersifat argumentatif, dan
7. Bersifat persuasif.

III. Karangan Non Ilmiah (Fiksi)
Adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.

Ciri-ciri karangan Non Ilmiah :
1. Ditulis berdasarkan fakta pribad
2. Fakta yang disimpulkan subyektif
3. Gaya bahasa konotatif dan popular
4.  Tidak memuat hipotesis
5. Penyajian dibarengi dengan sejarah
6.  Bersifat imajinatif
7. Situasi didramatisir, dan
8. Bersifat persuasif.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.


sumber : http://sellyinthewords.blogspot.com/2012/03/perbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah.html
http://ebod-suherman.blogspot.com/2013/10/pengertian-macam-sifat-dan-bentuk-dari.html

Rabu, 15 Oktober 2014

SOFTSKILL 2_3EB06_25212284


Silogisme Kategorial

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme terdiri dari; Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.
Pengertian Silogisme Kategorial
Silogisme Katagorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term)
Contoh :
- Semua tumbuhan membutuhkan air (premis mayor).
- Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
- Akasia membutuhkan air (Konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Katagorial
1)      Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh; Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor). Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor). Maka; Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
2)      Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh; Semua korusi tidak disenangi (mayor). Sebagian pejabat korusi (minor). Maka; Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
3)      Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan. Contoh; Beberapa politikus tidak jujur (premis 1). Bambang adalah politikus (premis 2). Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
4)      Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpul dapat diambil jika salah satu premisnya positif. Contoh; kerbau bukan bunga mawar (premis 1). Kucing bukan bunga mawar (premis 2). Kesimpulannya? Tidak ada.
5)      Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh;
1. kerbau adalah binatang (premis 1).
2. Kambing bukan kerbau (premis 2).
Maka; kambing bukan binatang ? Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif.



Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial . Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam , yaiu :
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek ( premis mayor )
Hari ini cerah ( premis minor )
Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ).

Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen
Contoh :
Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming ( premis mayor )
Sekarang terjadi global warming ( premis minor )
Maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ).

Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent
Contoh :
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak
akan maksimal
pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan
maka hasil akan maksimal

Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
Contoh :
Bila presiden Mubarak tidak turun , Para demonstran akan turun ke jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Jadi presiden Mubarak tidak turun.

Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

Entimem
Di atas telah disinggung bahwa silogisme jarang sekali ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam tulisan pun, bentuk itu hampir tidak pernah digunakan. Bentuk yang biasa ditemukan dan dipakai ialah bentuk entimem. Entimem ini pada dasarnya adalah silogisme. Tetapi, di dalam entimem salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh:
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua:
a. menipu adalah dosa
b. karena (menipu) merugikan orang lain.
Kalimat a merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b adalah premis minor
(karena bersifat khusus). Maka silogisme dapat disusun:
Mn       : menipu merugikan orang lain
K          :menipu adalah dosa.
Dalam kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk melengkapinya kita harus ingat bahwa premis mayor selalu bersifat lebih umum, jadi tidak mungkin subjeknva “menipu”. Kita dapat menalar kembali dan menemukan premis mayornya: Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa. Untuk mengubah entimem menjadi silogisme, mula-mula kita cari dulu ke- simpulannya. Kata-kata yang menandakan kesimpulan ialah kata-kata seperti jadi,
maka, karena itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, kita temukan apa premis yang dihilangkan.
Contoh lain:
Pada malam hari tidak ada matahari, jadi tidak mungkin terjadi proses fotosintesis.
Bagaimana bentuk silogismenya?
My        : Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Mn        : Pada malam hari tidak ada matahari
K            : Pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis.
Sebaiknya, kita juga dapat mengubah silogisme ke dalam entimem, yaitu
dengan menghilangkan salah satu premisnya.
Contoh:
My       : Anak-anak yang berumur di atas sebelas tahun telah mampu berpikirformal.
Mn       : Siswa kelas VI di Indonesia telah berumur lebih dari sebelas tahun
K           : Siswa kelas VI di Indonesia telah mampu berfikir formal
Kalau dihilangkan premis mayornya entimemnya akan berbunyi “siswa kelas VI di Indonesia telah berumur lebih dari sebelas tahun, jadi mereka mampu berpikir formal”. Atau dapat juga “Anak-anak kelas VI di Indonesia telah mampu berpikir formal karena mereka telah berumur lebih dari sebelas tahun”. Kalau dihilangkan premis minornya menjadi “Anak-anak yang berumur di atas sebelas tahun telah mampu berpikir formal; karena itu siswa kelas VI telah mampu berpikir formal.
Sumber:
http://rafika-afriyani.blogspot.com/2010/03/menulis-merupakan-proses-bernalar.html
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-entimem/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/silogisme-kategorial-6/

Minggu, 28 September 2014

PENALARAN_SOFTSKILL1_3EB06


1. Penalaran
A. Pengertian Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu : (1) Proses berfikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan, (2) menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan, (3) proses menganalisis suatu topik  sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru. (4) Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan. (5) Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan dan pengertian baru.
Secara umum pengertian Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pegamatan indera(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasakan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
B. Proposisi
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar salahnya.
Proposisi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna. Semua pernyataan pikiran yang mengungkapkan keinginan, dan kehendak tidak dapat dinilai benar dan salahnya bukanlah proposisi.
Bagaimana menilai benar atau salah suatu proposisi ?
Proposisi menurut sumbernya : proposisi analitik dan proposisi sintetik
1. P. Analitik/P. apriori : Proposisi dimana P mempunyai pengertian yg sdh terkandung pada S.
pada proposisi ini tidak menghadirkan pengertian baru
– Mangga adalah buah-buahan, Kuda adalah hewan, Ayah adalah orang laki-
laki.
Untuk menilai benar salahnya : hrs dilihat ada tidaknya pertentangan dlm diri pernyataan itu.
2. Proposisi sintetik : Proposisi P mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya.
Contoh : Pepaya ini manis
Beckham adalah orang kaya
Siswa itu pintar
Gadis itu cantik
kata manis, kaya, pintar dan cantik merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman.
Proposisi sintetik : merupakan lukisan dari kenyataan emperik shg pengujiannya adalah berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyataan emperiknya. Karena itu disebut juga proposisi a posteriori.
Proposisi menurut Bentuknya : P. Kategorik, Proposisi Hipotetik dan P. Disyungtif
1. P. Kategorik : mengandung pernyataan tanpa ada syarat.
– Hasan sedang sakit
– Ibu ke pasar
– Mahasiswa semester III sedang ujian
Proposisi kategorik sederhana : -1 subyek,1 predikat, 1kopula, dan 1 quantifier.
contoh : Sebagian manusia adalah mahasiswa
q s k p
Quantifier : permasalahan – Universal : semua, seluruh, segenap, setiap, tak satupun.

Contoh proposisi :
Universal : Semua mahluk hidup membutuhkan makan
Partikuler : Sebagian manusia adalah pekerja pabrik
Singular : Seorang yang bernama Yudi adalah seorang mahasiswa
(Proposisi tsb. Bisa dinyatakan tanpa Q tanpa mengubah kuantitas proposisinya)
KOPULA : KATA YG MENEGASKAN HUBUNGAN TERM SUBYEK DAN TERM PREDIKAT BAIK HUBUNGAN MENGIAKAN MAUPUN HUBUNGAN MENGINGKARI.
Bila Kopulanya : kata adalah : mengiakan ( kualitas proposisinya adalah positif)
kata “ tidak, bukan, atau tak “ berarti mengingkari ( kualitas proposisinya adalah negatif)
Hasan adalah dokter ( P. positif)
Udin bukan guru ( P. Negatif).
Quantifier : permasalahan – Universal : semua, seluruh, segenap, setiap, tak satupun.
(proposisi universal)
– Partikuler : sebagian, kebanyakan, beberapa, tidak semua, sebagian besar, hampir seluruh, rata-rata…
Singular : biasanya Q tidak dinyatakan
Contoh proposisi :
Universal : Semua mahluk hidup membutuhkan makan
Partikuler : Sebagian manusia adalah pekerja pabrik
Singular : Seorang yang bernama Yudi adalah seorang mahasiswa
(Proposisi tsb. Bisa dinyatakan tanpa Q tanpa mengubah kuantitas proposisinya)
KOPULA : KATA YG MENEGASKAN HUBUNGAN TERM SUBYEK DAN TERM PREDIKAT BAIK HUBUNGAN MENGIAKAN MAUPUN HUBUNGAN MENGINGKARI.
Bila Kopulanya : kata adalah : mengiakan ( kualitas proposisinya adalah positif)
kata “ tidak, bukan, atau tak “ berarti mengingkari ( kualitas proposisinya adalah negatif)
Hasan adalah dokter ( P. positif)
Udin bukan guru ( P. Negatif).

Berdasarkan kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka dikenal enam macam proposisi :
1. Universal positif : Semua manusia akan mati (A)
2. Partikular positif : Sebagian manusia adalah birokrat (I)
3. Singular positif : Beckham adalah pemain sepak bola.(A)
4. Universal negatif : Semua kambing bukan kuda.(E)
5. Partikular negatif : Beberapa mahasiswa tidak lulus.(O)
6. Singular negatif : Siti bukan gadis pendengki.(E)

Berdasarkan kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka dikenal enam macam proposisi :
1. Universal positif : Semua manusia akan mati (A)
2. Partikular positif : Sebagian manusia adalah birokrat (I)
3. Singular positif : Beckham adalah pemain sepak bola.(A)
4. Universal negatif : Semua kambing bukan kuda.(E)
5. Partikular negatif : Beberapa mahasiswa tidak lulus.(O)
6. Singular negatif : Siti bukan gadis pendengki.(E)

Berdasarkan kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka dikenal enam macam proposisi :
1. Universal positif : Semua manusia akan mati (A)
2. Partikular positif : Sebagian manusia adalah birokrat (I)
3. Singular positif : Beckham adalah pemain sepak bola.(A)
4. Universal negatif : Semua kambing bukan kuda.(E)
5. Partikular negatif : Beberapa mahasiswa tidak lulus.(O)
6. Singular negatif : Siti bukan gadis pendengki.(E)

  Proposisi mempunyai beberapa jenis, anatara lain :
1. Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
2. Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan benar atau salahnya. Misalnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.
3. Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek predikat yang harus dipenuhi. Misalnya: jika dijemput, X akan kerumah Y.
4. Proporsi kategoris yaitu tidak adanya hubungan subjek dan predikat. Misalnya X akan menikahi Y.
5. Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak. Misalnya: semua hewan akan mati.
6. Proposisi positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersikap positif. Misalnya: Sebagian  orang ingin hidup kaya.
7. Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya: Tidak ada gajah yang tidak berbelalai.
8. Proposisi negatif parsial kebalikan dari proposisi positif parsial. Misalnya: sebagian orang hidup menderita.
C. Inferensi dan Implikasi
 Inferensi merupakan sebuah pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat dalam tindak tutur selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi dilakukan untuk sampai pada suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan yang diterima dan pembicara atau (penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang pendengar (pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis (pembicara).
Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis.
Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
a.Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh:
Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
Contoh:
Pohon yang di tanam pak Budi setahun lalu hidup.
Dari premis tersebut dapat kita lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon yang ditanam pak budi setahun yang lalu tidak mati.
b.Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh yang lain;
A : Saya melihat ke dalam kamar itu.
B : Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai missing link diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu memiliki plafon
pengertian implikasi
Perhatikan pernyataan berikut ini: “Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat”, jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu bahwa udara terasa hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di atas kita tulis sebagai:
“Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar  berimplikasi udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila matahari bersinar
D. Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentative adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas dan sebagainya yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.fakta dalam kedudukan sebagai efidensi tidak boleh dicampur adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan dan penegasan.Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi.Yang dimagsud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan heterangan-keterangan yang dikumpulkan atau di berikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan kedalam pengertian data daninformasi. Untuk itu penulis atau pembicara harus mengadakan pengujian atas data dan informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau yang ada secara nyata.

E. Cara Menguji Data
Supaya data dan informasi dapat di pergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukannya yang pasti sebagai data, bahan-bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Oleh sebab itu perlu diadakan pengujian-pengujian melalui cara-cara tertentu. Di bawah ini akan di kemukakan beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengujian tersebut.
a.   Observasi
Fakta-fakta yanag telah diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha menyakinkan para pembaca, maka kadang-kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu dan sesungguhnya dalam beberapa banyak hal pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh seseorang, biasanya didasarkan pula atas observasi yang telah diadakan.
b. Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus diakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan observasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus di keluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu. Demikian pula halnya dengan penulis dan pengarang atau penulis, untuk memperkuat evidensinya mereka dapat mempergunakan kesaksian orang lain yang telah mengalami peristiwa tersebut.

c. Autoritas
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
F. Cara Menguji Fakta
Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian, apakah data-data atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal-hal yang sunguh-sungguh terjadi. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua keyakinan itu adalah fakta.
a. Konsistensi
Dasar pertama yang harus dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah konsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada suatu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain.
b. Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian atau fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi.Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koherendengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
G. Cara Meniilai Autoritas
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas-desus, atau kesaksian tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan apa pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data fundamental. Demikian pula sikap seorang penulis menghadapi pendapat autoritas. Ada kemungkinan bahwa suatu autoritas dapat melakukan suatu kesalahan-kesalahan. Untuk menilai suatu otoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut :
a. Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak mengandung prasangkaartinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya. Pengertiantidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. Bila faktor-faktor itu tidak mempengaruhi autoritas itu, maka pendapatnya dapat dianggap sebagai suatu pendapat yang obyektif.
b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk memperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu otoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal, pendididkan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikan tadi. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian-penelitian yang dilakukan dan prestasi hasil-hasil penelitian dan hasil pendapatnya akan lebih memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa syarat pertama diatas harus juga di perhatikan.
c. Kemashuran dan Prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemasyuran dan prestise pribadi dibidang lain. Apakah ahli itu menyertakan pendapatnya dengan fakta-fakta yang meyakinkan.
d. Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat yang perlu diperhatikan oleh penulis argumentasi adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dengan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terahir dalam bidang itu. Pengetahuan dan pendapat terahir tidak selalu berarti bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat terahir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan keburukan atau kelemahannya, sehingga mereka dapat mencetuskan suatu pendapat yang lebih baik, yang lebih dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk melihat bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan didasarkan hanya pada suatu autoritas. Dengan bersandar pada suatu autoritas saja, maka hal itu diperlihatkan bawha penulis karangan telah benar-benar mempersiapkan diri.
SUMBER:
Buku: Keraf,Gorys. 2001. Argumentasi dan NarasiJakartaGramedia Pustaka Utama.