My Album


Minggu, 28 September 2014

PENALARAN_SOFTSKILL1_3EB06


1. Penalaran
A. Pengertian Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu : (1) Proses berfikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan, (2) menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan, (3) proses menganalisis suatu topik  sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru. (4) Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan. (5) Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan dan pengertian baru.
Secara umum pengertian Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pegamatan indera(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasakan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
B. Proposisi
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar salahnya.
Proposisi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna. Semua pernyataan pikiran yang mengungkapkan keinginan, dan kehendak tidak dapat dinilai benar dan salahnya bukanlah proposisi.
Bagaimana menilai benar atau salah suatu proposisi ?
Proposisi menurut sumbernya : proposisi analitik dan proposisi sintetik
1. P. Analitik/P. apriori : Proposisi dimana P mempunyai pengertian yg sdh terkandung pada S.
pada proposisi ini tidak menghadirkan pengertian baru
– Mangga adalah buah-buahan, Kuda adalah hewan, Ayah adalah orang laki-
laki.
Untuk menilai benar salahnya : hrs dilihat ada tidaknya pertentangan dlm diri pernyataan itu.
2. Proposisi sintetik : Proposisi P mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya.
Contoh : Pepaya ini manis
Beckham adalah orang kaya
Siswa itu pintar
Gadis itu cantik
kata manis, kaya, pintar dan cantik merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman.
Proposisi sintetik : merupakan lukisan dari kenyataan emperik shg pengujiannya adalah berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyataan emperiknya. Karena itu disebut juga proposisi a posteriori.
Proposisi menurut Bentuknya : P. Kategorik, Proposisi Hipotetik dan P. Disyungtif
1. P. Kategorik : mengandung pernyataan tanpa ada syarat.
– Hasan sedang sakit
– Ibu ke pasar
– Mahasiswa semester III sedang ujian
Proposisi kategorik sederhana : -1 subyek,1 predikat, 1kopula, dan 1 quantifier.
contoh : Sebagian manusia adalah mahasiswa
q s k p
Quantifier : permasalahan – Universal : semua, seluruh, segenap, setiap, tak satupun.

Contoh proposisi :
Universal : Semua mahluk hidup membutuhkan makan
Partikuler : Sebagian manusia adalah pekerja pabrik
Singular : Seorang yang bernama Yudi adalah seorang mahasiswa
(Proposisi tsb. Bisa dinyatakan tanpa Q tanpa mengubah kuantitas proposisinya)
KOPULA : KATA YG MENEGASKAN HUBUNGAN TERM SUBYEK DAN TERM PREDIKAT BAIK HUBUNGAN MENGIAKAN MAUPUN HUBUNGAN MENGINGKARI.
Bila Kopulanya : kata adalah : mengiakan ( kualitas proposisinya adalah positif)
kata “ tidak, bukan, atau tak “ berarti mengingkari ( kualitas proposisinya adalah negatif)
Hasan adalah dokter ( P. positif)
Udin bukan guru ( P. Negatif).
Quantifier : permasalahan – Universal : semua, seluruh, segenap, setiap, tak satupun.
(proposisi universal)
– Partikuler : sebagian, kebanyakan, beberapa, tidak semua, sebagian besar, hampir seluruh, rata-rata…
Singular : biasanya Q tidak dinyatakan
Contoh proposisi :
Universal : Semua mahluk hidup membutuhkan makan
Partikuler : Sebagian manusia adalah pekerja pabrik
Singular : Seorang yang bernama Yudi adalah seorang mahasiswa
(Proposisi tsb. Bisa dinyatakan tanpa Q tanpa mengubah kuantitas proposisinya)
KOPULA : KATA YG MENEGASKAN HUBUNGAN TERM SUBYEK DAN TERM PREDIKAT BAIK HUBUNGAN MENGIAKAN MAUPUN HUBUNGAN MENGINGKARI.
Bila Kopulanya : kata adalah : mengiakan ( kualitas proposisinya adalah positif)
kata “ tidak, bukan, atau tak “ berarti mengingkari ( kualitas proposisinya adalah negatif)
Hasan adalah dokter ( P. positif)
Udin bukan guru ( P. Negatif).

Berdasarkan kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka dikenal enam macam proposisi :
1. Universal positif : Semua manusia akan mati (A)
2. Partikular positif : Sebagian manusia adalah birokrat (I)
3. Singular positif : Beckham adalah pemain sepak bola.(A)
4. Universal negatif : Semua kambing bukan kuda.(E)
5. Partikular negatif : Beberapa mahasiswa tidak lulus.(O)
6. Singular negatif : Siti bukan gadis pendengki.(E)

Berdasarkan kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka dikenal enam macam proposisi :
1. Universal positif : Semua manusia akan mati (A)
2. Partikular positif : Sebagian manusia adalah birokrat (I)
3. Singular positif : Beckham adalah pemain sepak bola.(A)
4. Universal negatif : Semua kambing bukan kuda.(E)
5. Partikular negatif : Beberapa mahasiswa tidak lulus.(O)
6. Singular negatif : Siti bukan gadis pendengki.(E)

Berdasarkan kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka dikenal enam macam proposisi :
1. Universal positif : Semua manusia akan mati (A)
2. Partikular positif : Sebagian manusia adalah birokrat (I)
3. Singular positif : Beckham adalah pemain sepak bola.(A)
4. Universal negatif : Semua kambing bukan kuda.(E)
5. Partikular negatif : Beberapa mahasiswa tidak lulus.(O)
6. Singular negatif : Siti bukan gadis pendengki.(E)

  Proposisi mempunyai beberapa jenis, anatara lain :
1. Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
2. Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan benar atau salahnya. Misalnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.
3. Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek predikat yang harus dipenuhi. Misalnya: jika dijemput, X akan kerumah Y.
4. Proporsi kategoris yaitu tidak adanya hubungan subjek dan predikat. Misalnya X akan menikahi Y.
5. Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak. Misalnya: semua hewan akan mati.
6. Proposisi positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersikap positif. Misalnya: Sebagian  orang ingin hidup kaya.
7. Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya: Tidak ada gajah yang tidak berbelalai.
8. Proposisi negatif parsial kebalikan dari proposisi positif parsial. Misalnya: sebagian orang hidup menderita.
C. Inferensi dan Implikasi
 Inferensi merupakan sebuah pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat dalam tindak tutur selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi dilakukan untuk sampai pada suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan yang diterima dan pembicara atau (penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang pendengar (pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis (pembicara).
Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis.
Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
a.Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh:
Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
Contoh:
Pohon yang di tanam pak Budi setahun lalu hidup.
Dari premis tersebut dapat kita lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon yang ditanam pak budi setahun yang lalu tidak mati.
b.Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh yang lain;
A : Saya melihat ke dalam kamar itu.
B : Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai missing link diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu memiliki plafon
pengertian implikasi
Perhatikan pernyataan berikut ini: “Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat”, jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu bahwa udara terasa hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di atas kita tulis sebagai:
“Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar  berimplikasi udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila matahari bersinar
D. Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentative adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas dan sebagainya yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.fakta dalam kedudukan sebagai efidensi tidak boleh dicampur adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan dan penegasan.Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi.Yang dimagsud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan heterangan-keterangan yang dikumpulkan atau di berikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan kedalam pengertian data daninformasi. Untuk itu penulis atau pembicara harus mengadakan pengujian atas data dan informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau yang ada secara nyata.

E. Cara Menguji Data
Supaya data dan informasi dapat di pergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukannya yang pasti sebagai data, bahan-bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Oleh sebab itu perlu diadakan pengujian-pengujian melalui cara-cara tertentu. Di bawah ini akan di kemukakan beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengujian tersebut.
a.   Observasi
Fakta-fakta yanag telah diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha menyakinkan para pembaca, maka kadang-kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu dan sesungguhnya dalam beberapa banyak hal pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh seseorang, biasanya didasarkan pula atas observasi yang telah diadakan.
b. Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus diakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan observasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus di keluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu. Demikian pula halnya dengan penulis dan pengarang atau penulis, untuk memperkuat evidensinya mereka dapat mempergunakan kesaksian orang lain yang telah mengalami peristiwa tersebut.

c. Autoritas
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
F. Cara Menguji Fakta
Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian, apakah data-data atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal-hal yang sunguh-sungguh terjadi. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua keyakinan itu adalah fakta.
a. Konsistensi
Dasar pertama yang harus dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah konsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada suatu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain.
b. Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian atau fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi.Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koherendengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
G. Cara Meniilai Autoritas
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas-desus, atau kesaksian tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan apa pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data fundamental. Demikian pula sikap seorang penulis menghadapi pendapat autoritas. Ada kemungkinan bahwa suatu autoritas dapat melakukan suatu kesalahan-kesalahan. Untuk menilai suatu otoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut :
a. Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak mengandung prasangkaartinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya. Pengertiantidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. Bila faktor-faktor itu tidak mempengaruhi autoritas itu, maka pendapatnya dapat dianggap sebagai suatu pendapat yang obyektif.
b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk memperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu otoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal, pendididkan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikan tadi. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian-penelitian yang dilakukan dan prestasi hasil-hasil penelitian dan hasil pendapatnya akan lebih memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa syarat pertama diatas harus juga di perhatikan.
c. Kemashuran dan Prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemasyuran dan prestise pribadi dibidang lain. Apakah ahli itu menyertakan pendapatnya dengan fakta-fakta yang meyakinkan.
d. Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat yang perlu diperhatikan oleh penulis argumentasi adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dengan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terahir dalam bidang itu. Pengetahuan dan pendapat terahir tidak selalu berarti bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat terahir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan keburukan atau kelemahannya, sehingga mereka dapat mencetuskan suatu pendapat yang lebih baik, yang lebih dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk melihat bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan didasarkan hanya pada suatu autoritas. Dengan bersandar pada suatu autoritas saja, maka hal itu diperlihatkan bawha penulis karangan telah benar-benar mempersiapkan diri.
SUMBER:
Buku: Keraf,Gorys. 2001. Argumentasi dan NarasiJakartaGramedia Pustaka Utama.